|

Hilang Satu Tumbuh Seribu, Pilwako makin Seru | Adik Petinggi Freeport Siap jadi Wali Kota

Kota Payakumbuh, boleh saja dianggap kota sagadang lapek (sebesar makanan dalam daun pisang). Luas Payakumbuh juga tidak lebih luas dari Nagari Sarilamak, Ibukota Kabupaten Limapuluh Kota. Tapi putra-putri Payakumbuh banyak yang menjadi orang hebat di negeri orang.

DALAM satu dekade terakhir, tercatat sejumlah putra-putri Payakumbuh yang menunjukkan taji di perantauan. Selain bekas petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi Chandra M Hamzah, Duta Besar Besar Indonesia untuk Inggris dan Irlandia, Yuri Oktavianus Thamrin juga putra Payakumbuh.


Begitupula dengan GM PT Pusri Reza Esfan, Kepala BPKD Pemprov DKI Jakarta Syukri Bey, Rektor Universitas Taman Siswa, Nanda Oetama, Rektor Unand Werry Darta Taifur, dan sejumlah nama lain. Termasuk di antaranya Nurhadi Sabirin, petinggi PT Freeport di Papua.


Waktu Wamendiknas Musliar Kasim masih menjadi Rektor Unand, Nurhadi Sabirin pernah menemani Musliar berkunjung ke Papua. Nurhadi alias Andi memang bukan petinggi biasa di PT Freeport. Saat ini, dia merupakan orang kedua di perusahaan penambang emas tersebut.


Adik Andi, bernama Muhammad Lutfhi Sabirin juga seorang pengusaha di Jakarta. ”Kerja saya membuat perusahaan,” ucap Lutfhi mengawali perkenalannya di kantor KPU Payakumbuh, baru-baru ini. Kendati pengusaha, Lutfhi punya kepedulian tinggi dengan Payakumbuh.


Ia ikut menggagas kehadiran Forum Masyarakat Peduli Payakumbuh (FMPP). Tapi kini, Lutfhi terpaksa meninggalkan jabatan Sekretaris Jenderal pada forum itu, karena telah memilih sebagai bakal calon wali kota 2012-2017. ”Saya serius untuk maju, agar FMPP tetap objektif, saya memilih mundur,” katanya kepada Ketum FMPP Yohanes Abdullah dan bendara Titin Hastinar.


Kepada wartawan, Lutfhi menilai, persaingan menuju Payakumbuh 1 sudah semakin memanas. Gerakan-gerakan politis yang berlebihan dan dinamika yang terlalu tinggi, membawa situasi politik ke dalam kejenuhan. Sehingga menciptakan bias pada opini dan kharisma para kandidat yang ada.


”Hal ini akhirnya menuntut kehadiran seorang tokoh baru ke dalam percaturan Pilkada, sebagai altenatif pilihan bagi masyarakat. Untuk itu, saya siap maju dalam percaturan Pilwako Payakumbuh jika masih ada partai yang membuka pintu pendaftaran,” kata Lutfhi.


Menurut pendapat subjektifnya, para calon yang sering disebut-sebut saat ini, belum memadai untuk tantangan Payakumbuh masa depan. Ini terlihat dari berbagai reaksi dan respons publik mereka yang tidak satupun mengusung konsep yang meyakinkan.


”Semuanya masih saja berbicara tentang hal-hal yang ingin di dengar publik semata. Tidak satupun yang mengatakan bahwa menuju kemajuan itu adalah jalan panjang yang menuntut pengorbanan, termasuk perngorbanan masyarakat itu sendiri. Dan lebih-lebih lagi pengorbanan dari pemimpinannya,” kata Lutfhi.


Lutfhi mengaku, sebelum menyatakan dirinya siap untuk maju, ia telah berkeliling Payakumbuh mendengar langsung pendapat masyarakat. Mendapat begitu banyak masukan dan impian masyarakat, ia sadar kalau calon yang ada saat ini belum memuaskan calon pemilih.


”Payakumbuh berpotensi menjadi daerah maju di Sumbar, baik dari segi perdagangan maupun potensi lainnya. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang mempunyai visi yang jelas, serta tidak mencari keuntungan pribadi,” jelasnya.


Karena mekanisme pencalonan yang bisa dilalui saat ini hanya lewat dukungan Partai Politik, Lutfhi mengatakan jika masih ada Parpol yang masih membuka pencalonan, dia akan siap mendaftar atas nama kemajuan Payakumbuh.


”Jika masih ada Parpol yang membuka pendaftaran. Saya siap untuk mengikuti Pilkada, dan bersama-sama membangun Payakumbuh yang kita cintai,” ucap Lutfhi. (frv)



Share this Article on : Share

__________________________________________________________________________

0 komentar for "Hilang Satu Tumbuh Seribu, Pilwako makin Seru | Adik Petinggi Freeport Siap jadi Wali Kota"

Leave a reply