|

Debat Calon Wawako tak Seru. Pendukung Ribut, Panelis Kurang Tajam


Payakumbuh, Padek— De­bat publik dan debat terbuka antar calon wakil wali kota yang digelar Komisi Pemilihan Umum Payakumbuh di GOR M Yamin Kubugadang Selasa (2/7) malam, tidak seseru debat antar calon wali kota pada Rabu (26/6) lalu.

Walau semua calon wali kota hadir dalam debat yang mengangkat tema pendidikan dan kesehatan tersebut, namun suasana debat terasa kurang greget. Para calon seakan me­ng­ikuti lomba pidao di tengah pasar malam.

”Ya, para calon seperti se­dang berlomba pidato saja. Tidak terbangun komunikasi yang baik antara calon dengan panelis yang dihadirkan KPU," ujar Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Payakumbuh Se­vin­drajuta, saat menonton debat terbuka itu.

Sevindrajuta menilai, bu­ruknya suasana debat terbuka antar calon wakil wali kota, bukan hanya terjadi karena para calon tidak menguasai bahan debat dan tidak memiliki visi jelas soal pendidikan mau­pun kesehatan. Tapi juga ter­jadi karena komunikasi anta­ra panelis dan moderator, tidak terangkap oleh para calon.

”Panelis kurang ko­muni­katif, sehingga perta­nyaannya tidak tertangkap oleh para ca­lon,” kata Sevindrajuta.

”Benar, pertanyaan dari para panelis tidak menggigit. Tidak seperti panelis dalam debat perdana. Moderator juga kurang mantap, mengatur ja­lannya debat,” imbuh Ketua LSM Ba­lerong Wandi Syamsir yang me­nonton bersama Se­vindrajuta.

Atas kondisi itupula, Sevin­drajuta yang didampingi se­jumlah anggota Aliansi Masya­rakat Payakumbuh, seperti Direktur LSM DIAN Risman Muchtar, Sekjen Forum ma­syarakat Peduli Payakumbuh (fMPP) Syafrinot, dan aktifis fMPP Afrimas, meminta KPUD melibatkan panelis lokal.

”Sebanyak ini para aka­demisi, panelis dan tokoh yang mampu menjadi panelis di Payakumbuh, kenapa tidak dilibatkan? Kenapa semuanya didatangkan dari luar Paya­kumbuh. Walaupun mereka putra-putri Luak Limopuluah, namun belum tentu mereka menguasai semua persoalan daerah,” kritik Sevindrajuta.

Ketua KPU Payakumbuh Hendra Yani ber­sama Koor­dinator Divisisi So­sialiasi Yu­zalmon dan Kor­dinator Divisi Teknis Maknius AM, kepada Padang Ekspres beberapa wak­­tu la­lu me­nye­butkan, pa­ne­lis di­pilih setelah rapat dengan se­luruh calon dan tim kam­panye.

”Panelis itu merupakan panelis yang sudah disepakati dengan para calon atau tim kampanye. Kenapa tidak dili­batkan panelis yang ada di Payakumbuh, karena kita kha­watir, terjadi ketidak­berim­bangan. Coba sebutkan agak satu, siapa panelis di Pay­a­kumbuh yang masih netral,” tantang Hendra.

Supporter Ribut

Selain komunikasi dari pa­nelis dan moderator kurang tertangkap oleh para calon wakil wali kota, supporter yang dibawa para calon ke lokasi debat kedua juga tidak setertib supporter dalam debat perta­ma. Sehingga membuat master of ceremony (MC) berkali-kali menegur mereka.

Namun, teguran itu seperti di­anggap angin lalu saja oleh pa­ra supporter calon. Bahkan, sa­at calon sedang asyik berde­bat, supporter tanpa malu berte­riak-teriak, seperti dilaku­kan supporter pasangan nomor urut enam Zai­nul Jusri-Supardi dan sup­­porter pasangan nomor urut lima Riza Falepi-Suwandel Mukhtar.

Tidak itu saja, saat diberi kesempatan untuk mene­riak­kan yel-yel dukungan, para suppor­ter sempat terlibat aksi sa­ling ledek. Ketika supporter sa­lah satu calon belum selesai mene­riakkan yel-yel, supporter calon lain sudah berteriak-teriak.

”Lima, lima, lima,” teriak supporter Riza-Suwandel yang memakai baju ungu dan merah.  ”Enam-enam,” sahut supporter Zainul Jusri-Supardi yang me­makai baju putih-putih. ”Tiga-tiga,” balas Supporter Almai­syar-Dedrizal. ”Empat-empat,” kata supporter SABAR yang memakai baju biru.

Aksi ini, sempat terjadi selama hampir tiga kali, sehing­ga tidak hanya membuat sua­sana di GOR M Yamin Kubu­gadang ribut dan bergemuruh. Tetapi juga membuat suasana diskusi menjadi terganggu. ”Ha­rusnya, ini mendapat cata­tan serius dari KPU,” ujar Ketua KNPI Muhammad Budi Ananda.

Budi juga berharap, KPU mengundang seluruh lapisan masyarakat dalam debat, se­perti debat perdana, pekan lalu.

Masih Normatif

Calon wakil wali kota no­mor urut satu, Fitma Indra­yani, dalam closing statemen-nya, menyebut, pihaknya maju da­lam pilkada, bukan untuk me­nang untuk kalah. Namun, membawa semangat peru­ba­han. Semangat gerakan sosial baru, untuk memenuhi hak-hak dasar publik uang dijamin konstitusi.

”Kalau terpilih, pasangan Desra-Fitma  mewujudkan pendidikan berkarakter, ber­akhlak mulia dan berbudaya. Kita akan membangun pendi­dikan formal, nonformal dan informal. Untuk pendidikan formal, kita perhatikan sejak usia dini hingga perguruan tinggi. Kita juga akan beri pelayanan kesehatan yang mu­dah bagi warga berekonomi lemah,” kata Fitma.

Fitma juga menegaskan, akan meningkatkan peran ka­um ibu dalam pembangunan pendidikan di Payakumbuh. ”Pendidikan dimulai dari ru­mah, dari ibu, dari kaum pe­rem­puan. Makanya, kami se­bagai satu-satunya calon pe­rempuan, tentu akan mem­perhatikan perempuan dan anak-anak,” ujar Bundo Kan­duang Aiatabik itu.

Sedangkan calon wakil wali kota nomor dua Edward DF, da­lam statemen penutupnya, me­negaskan, bahwa pasangan Mu­lyadi-Edward, akan mem­beri perhatian terhadap seluruh per­guruan tinggi yang ada di Pa­yakumbuh. ”Kenapa seka­rang hanya mendirikan Unand di Payakumbuh? Bagaimana de­ngan perguruan tinggi lain yang juga butuh perhatian,” ujarnya.

Wartawan Singgalang itu juga menyebut, dirinya ber­sama Mulyadi Afmar, kalau terpilih sebagai wali kota syu­kur, tidak terpilih pun akan tetap bersyukur. ”Yang jelas, kami ingin membuat Paya­kumbuh jadi kota regional. Siner­gitasnya tidak hanya de­ngan Limapuluh Kota, tapi dengan daerah lain,” kata Edward seperti mengadopsi kon­sep salah seorang pemimpin Payakumbuh.

Calon wakil wali kota no­mor tiga Dedrizal, dalam clo­sing­ statemen-nya, me­nyebut, ada tiga pihak yang berperan besar dalam pembangunan pihak. Yakni, orangtua, ling­kungan dan guru. ”Ketiganya itu akan mendapat perhatian dari pasangan Almaisyar-De­drizal. Sehingga, tercipta ge­nerasi beriman, bertaqwa, aktif, kreatif, jujur dan mampu be­kerjasama,” ujar anggota DPRD Sumbar ini.

Calon wakil wali kota no­mor empat, Weri Yunaldi alias Haji Singa, dalam closing statemen-nya, menyebut, pasangan Syam­sul Bahri-Weri Yunaldi, siap melanjutkan program Josrizal Zain-Syamsul Bahri dalam bi­dang kesehatan dan pendidikan.

”Untuk kesehatan, Paya­kumbuh saat ini sudah berkali-kali meraih gelar kota sehat. Pemerintah kota sudah me­nyediakan jaminan kesehatan untuk seluruh masyarakat. Target MDGs bidang air bersih perkotaan sudah terealisir, bahkan terlampaui, sehingga Payakumbuh meraih MDGs Award,” kata Weri.
Faktor kesehatan mas­ya­rakat Payakumbuh, imbuh We­ri, juga semakin membaik. Be­gitupula dengan kondisi ling­ku­ngan. ”Itu dibuktikan dengan penghargaan status lingkungan hidup daerah, Piala Adipura, Piala Adiwiyata dan Pembina Kal­pataru. Kedepan, keber­hasilan ini akan kita lanjutkan dan kita pertahankan,” ulas Haji Singa.

Pada bidang pendidikan, sebut Weri Yunaldi, prestasi Payakumbuh terus meningkat. Dalam hasil ujian nasional, Payakumbuh berada pada pe­ringkat atas. Payakumbuh juga menjadi rujukan pendidikan inklusi di Sumatera. Kemudian, di Payakumbuh sudah berdiri berbagai perguruan tinggi. ”Bahkan, Unand pun sudah dikembalikan ke Payakumbuh, semasa kepemimpinan Jos­rizal-Syamsul. Ini akan kami lanjutkan,” ujarnya.

Calon nomor lima, Su­wan­del Mukhtar, dalam closing statemenya, menyebut, pasa­ngan Riza-Suwandel, akan merobah paradigma pelayanan bidang pendidikan dan kese­hatan di Payakumbuh, dari di­la­yani menjadi melayani. ”Kita juga akan terus membangun Payakumbuh, dalam semangat kebersamaan,” ujar Suwandel.

Calon nomor urut enam, Supardi, dalam komentar pe­nu­tupnya, menyebut, pem­ba­ngunan sering tidak bersen­tuhan dengan masyarakat dan masyarakat sering tidak ber­daya dalam pembangunan. Musren­bang yang digelar, se­akan men­jadi kedok demokratis saja.

”Untuk itu, ke depan diper­lukan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. Sehingga berbagai persoalan kemiskinan dan persoalan so­sial budaya, bisa teratasi,” sebut Supardi yang juga anggota DPRD Sumbar,

Calon nomor urut tujuh, Chandra Setipon, dalam ko­men­tar penutupnya me­nga­takan, pembangunan pendi­dikan dan kesehatan di Paya­kumbuh, bisa dilaksa­nakan dengan baik dan benar, dengan membenahi infrastruktur yang ada. Termasuk, memberi per­ha­tian serius terhadap sumber daya manusi-anya, seperti guru dan tenaga kesehatan. (*)



Share this Article on : Share

__________________________________________________________________________

0 komentar for "Debat Calon Wawako tak Seru. Pendukung Ribut, Panelis Kurang Tajam"

Leave a reply