Ummat jangan Pecah. Soal Imsakiyah yang Berbeda
Payakumbuh —Beredarnya dua jenis Imsakiyah Ramadhan dengan waktu berbuka yang berbeda di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota, hendaknya tidak membuat ummat Islam yang melaksanakan ibadah puasa menjadi terpecah-belah. Sebaliknya, ummat Islam mesti arif dalam melihat atau membaca imsakiyah.
”Ummat Islam tidak boleh terpecah-belah dalam menyikapi beredarnya dua jenis Imsakiyah Ramadhan dengan waktu berbuka puasa yang berbeda,” kata Haji Bustari, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Payakumbuh ketika dihubungi Padang Ekspres, Senin (30/7) sore.
Menurut Haji Bustari, Kantor Kemenag Payakumbuh sudah memperoleh informasi soal beredarnya Imsakiyah Ramadhan dengan waktu imsak berbeda dari pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Payakumbuh. ”Beberapa hari sebelum berita soal Imsakiyah Ramadhan yang berbeda itu muncul diPadang Ekspres, kami sudah mendapat informasi dari MUI,” ucapnya.
Agar persoalan itu tidak berlarut-larut menimbulkan kebimbangan di tengah-tengah ummat, Kemenang bersama MUI Payakumbuh, berencana menggelar rapat pada Selasa (31/7) ini. ”Kita akan membahas, persoalan Imsakiyah yang berbeda tersebut,” imbuh Bustari.
Rapat diharapkan dapat memutuskan, Imsakiyah Ramadhan mana yang paling tepat dipakai atau diterapkan di Kota Payakumbuh maupun Kabupaten Limapuluh Kota. Apakah Imsakiyah hasil hisab Zul Efendi (dosen STAIN Sjech M Jamin Djambek Bukittinggi) atau Imsakiyah hasil hisab Irsyad Nukman (Pengadilan Tinggi Agama Sumbar).
”Nanti, keputusan rapat akan kita sampaikan kepada media-massa, termasuk kepada radio-radio, agar tidak terjadi lagi perbedaan yang mencolok, dalam menyiarkan waktu berbuka puasa ke masyarakat,” sebut Bustari.
Di sisi lain, anggota Majelis Tarjih dan Dakwah Khusus Muhammadiyah, Desembri P Chaniago, meminta kepada ummat Islam di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota yang memperoleh dua jenis Imsakiyah Ramadhan, untuk melihat koreksi waktu pada kedua Imsakiyah tersebut.
”Kalau tidak ada koreksi waktu, maka kita bisa melihat atau mempelajari domisili ahli hisab. Kalau ahli hisabnya Zul Efendi, maka ia berdomosili di Bukittinggi. Sedangkan Irsyad Nukman, berdomosili di Padang. Agaknya, untuk kita yang berada di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, lebih tepat memakai Imsakiyah dengan ahli hisab yang berada di Bukittinggi,” saran Desembri.
Persoalan ini juga dapat perhatian serius Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Limapuluh Kota, Akmul DS dan berharap, MUI dan Kemenang meniru apa yang dilakukan MUI dan Kemenag Payakumbuh.
Share this Article on : Share
__________________________________________________________________________