|

DPR Bahas BBM, Anas Giling Cabai

Payakumbuh, Padek—Saat Jakarta dikepung demonstran dan DPR bersitegang urat leher membahas opsi kenaikan harga BBM. Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, memilih menggiling cabai kopay, cabai merah raksasa yang dijual pedagang di Pasar Ibuah, Payakumbuh, Sumbar, Selasa (27/3) siang.

Anas menggiling cabai merah di kios milik pedagang bernama Mutiara,42 dan Defianora alias Molai, 45. Saat menggiling cabai, Anas ditemani Ketua DPD Partai Demokrat Sumbar Josrizal Zain, Ketua Partai Demokrat Payakumbuh Syamsul Bahri, Ketua Partai Demokrat Limapuluh Kota Darman Sahladi dan sejumlah pengurus Partai Demokrat Sumbar.

Sebelum menggiling cabai, Anas bersama Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat M Rahmat, pengurus DPP Partai Demokrat Ikhsan Mujo dan Sekretaris Partai Demokrat DKI Jakarta Irfan Gani, sempat menawar harga kelapa. Anas menawar kelapa di kios milik Desi Marlina, 31, pedagang asal Parambahan, Lamposi Tigo Nagari.

”Bara (berapa) harga kelapa ciek (satu buah) buk?” kata Anas mencoba berbahasa Minang. ”Tiga ribu rupiah pak,” jawab Desi Marlina. ”Harganya naik atau turun buk,” sambung Anas. ”Turun pak, biasanya Rp4 ribu, kini jadi Rp3 ribu. Sejak kemarin, turun seribu rupiah,” sahut Desi.

Pembicaraan antara petinggi parpol dengan wong cilik itu pun berlanjut. ”Berarti rencana kenaikan BBM, belum pengaruhi harga kelapa ya buk?” tanya Anas. ”Belum pak,” jawab Desi seadanya. Pertanyaan yang sama, diajukan Anas kepada dua pedagang cabai, yakni, Mutiara dan Defianora.

Menurut Mutiara yang warga Mungo, Kabupaten Limapuluh Kota, menjelang rencana kenaikan BBM, harga cabai merah justru turun. ”Harga cabai merah dan cabai giling, sama-sama Rp18 ribu sekilo. Cabai hijau juga Rp18 ribu sekilo. Tidak naik pak, malah turun,” ucap Mutiara yang punya 10 karyawan peruntih cabai.

”Benar pak, harga kebutuhan dapur belum naik. Harga kentang saat ini hanya Rp5 ribu sekilo, kalau bawang merah Rp11 ribu, bawang putih Rp10 ribu. Yang agak mahal bawang goreng, harganya Rp36 ribu sekilo. Buah damar juga Rp32 ribu,” sambung pedagang lain bernama Defianora.

Anas yang mendengar hanya manggut-manggut saja. Bekas Ketum HMI itu memilih masuk ke dalam kios pedagang cabai. Di antara dua kios, Anas mendekati seorang buruh penggiling cabai bernama Yulikarnis. Saat Anas sampai di pasar ibuah, buruh perempuan itu memang tampak tetap asyik menggiling cabai.

”Asyik ya buk, menggiling cabai,” sapa Anas. ”Silakan dicoba pak,” kata Yulikarnis. Anas langsung mengambil batu gilingan cabai. Kemudian menggilas hampir setengah kilogram cabai merah. Para pedagang dan pengunjung Pasar Ibuah, bertepuk tangan melihat aksi anas.

”Ini benar-benar rasa cabai, pedas di tangan,” ujar Anas sambil tersenyum. ”Ada kesulitan gak buk?” sambung Anas kemudian. ”Ada pak, kami sulit modal,” sahut sejumlah pedagang. ”Buat modal, ibu sebenarnya bisa dapatkan KUR (kredit usaha rakyat). Pemerintah SBY-Boediono, sudah mengalokasikan anggaran buat KUR,” kata Anas.

Tetapi, para pedagang rupanya masih banyak yang belum tahu KUR. ”Mengurus KUR itu di kantor mana pak,” ujar salah seorang diantara mereka. Anas nampak sedikit kaget. ”KUR itu bisa didapatkan lewat bank buk. Penyalurannya oleh pemerintah melalui bank. Ibu bisa datangi bank,” kata Anas.

Setelah itu, Anas mengunjungi kios pedagang sayur di pasar Ibuah dan kios pedagang daging ayam. Kepada Admidarti, 61, pedagang sayur asal Kubugadang, Payakumbuh, Anas bertanya harga tomat. ”Kalau tomat, harganya juga sedang turun pak. Sekarang Rp4 ribu sekilo,” ujar Darti yang berkerudung panjang.

Sebelum meninggalkan Pasar Ibuah, Anas kepada wartawan mengatakan, rencana kenaikan harga BBM belum berpengaruh terhadap harga kebutuhan pokok di pasar tradisional. ”Ini perkembangan yang saya kira baik. Perkembangan cukup positif. Dengan begitu, daya beli masyarakat untuk mendapatkan barang-barang di pasar, tetap terjaga,” ujarnya.

Anas mengaku belum tahu, apakah stabilnya harga kebutuhan pokok seperti di pasar Ibuah, juga terjadi di pasar lain di Indonesia. ”Saya belum tahu di daerah yang lain. Tetapi rumus umumnya adalah, kalau harga BBM naik, biasanya ada inflasi. Kalau ada inflasi, harga-harga barang naik. Kalau harga barang naik, daya beli masyarakat turun,” ujarnya.

Lantaran itu, sambung Anas, penting bagi pemerintah membantu warga miskin dan semi miskin. ”Bagi yang miskin dan semi miskin, dengan kenaikan harga BBM, harus dibantu oleh pemerintah. Dibantu dengan bantuan langsung, dengan beasiswa, dengan penambahan beras untuk rakyat miskin, bantuan transportasi dan lain-lain,” kata Anas.

Soal bantuan langsung tunai yang dianggap banyak pihak bukan kebijakan mendidik, Anas nampaknya tidak sepaham. ”Begini. Yang menjadi ukuran paling pokok dalam situasi sulit, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Itu paling pokok. Kalau bermanfaat, itulah nilai yang paling tinggi,” tegasnya.

Dia mengatakan, jika diperdebatkan dari segi kultural maupun segi motivasi, perspektif soal BLT bisa beragam. ”Cara pandangnya bisa banyak. Tapi cara pandang yang paling bertanggung jawab, terhadap rakyat miskin adalah, apakah program bantuan bermanfaat atau tidak? Kalau bermanfaat, itulah tujuannya bantuan,” jelas Anas.

Dia menyebut, tidak ada pemerintah yang mencita-citakan kenaikan harga BBM. Tetapi karena harga minyak dunia naik, maka subsidi harus diatur. Subsidi tidak boleh membuat APBN tidak sehat. Ini bukan berarti subsidi dicabut. Rencana pemerintah misalnya, untuk APBN-P tahun 2012, subsidi BBM tetap ada. Diusulkan subsidi BBM Rp137 triliun.

”Kalau harga minyak tidak disesuaikan, tidak dinaikkan, itu subsidinya menjadi Rp173 triliun. Karena itu subsidinya kemudian diatur. Dikurangi sedikit menjadi Rp137 triliun. Dengan begitu, sebagian alokasi subsidi, digunakan untuk bantuan langsung,” ujar Anas.

Ia menilai, aksi penolakan BBM di Indonesia masih dalam tahap wajar. Soal TNI yang ikut dikerahkan mengamankan demonstran, Anas juga menilai sebagai sesuatu yang wajar. ”Tugas TNI adalah mengamankan negara,” ujar Anas Urbaningrum.

Sementara itu, saat ditanya wartawan soal namanya yang terus disebut terdakwa kasus korupsi wisma atlet M Nazaruddin, Anas memilih tidak berkomentar. Anas mengaku telah sering memberi penjelasan. ”Itu kan sudah dijelaskan, bosan menanggapinya,” ujar Anas.

Begitupula soal status di akun tweeter-nya yang menyebut, siap digantung di monas, apabila terbukti korupsi. ”Itu sudah berlalu, sudahlah,” ujarnya. Tapi menurut Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat Muhammad Rahmat, akun tersebut memang milik Anas. (*)



Share this Article on : Share

__________________________________________________________________________

0 komentar for "DPR Bahas BBM, Anas Giling Cabai"

Leave a reply