|

Pengusaha Tahu-Tempe Terancam


Payakumbuh —Ke­nai­kan harga kedelai yang terus me­ro­ket sejak menjelang bulan Ra­ma­dhan lalu, membuat para pem­buat tahu dan tempe was-was. Harga kedelai sebelum bulan Ra­madhan yang hanya berkisar an­ta­ra Rp300 ribu sampai Rp320 ribu per karung, sekarang men­capai Rp 400 ribu/karung. Padahal, di awal-awal bulan puasa harga ke­de­lai hanya sampai Rp340 per ka­rung.

Baru memasuki puasa minggu kedua, harga kedelai sudah naik sekitar 15 persen. Kondisi ini mengkhawatirkan pembuat tahu dan tempe yang memakai bahan dasar kedelai. Salah satunya adalah pabrik tahu tempe Tiga Budi yang berada di Kelurahan Kubugadang, Kecamatan Payakumbuh Utara. Pemilik pabrik, Uswati,36, me­ngaku cemas dengan situasi seperti ini.

Uswati menyebutkan, pada saat harga kedelai naik di hari-hari per­tama puasa, dia sudah me­naik­kan harga produksi tahu dan tem­pe­nya 10 persen. ”Ketika kedelai masih berharga Rp 340/karung, saya sudah menaikkan harga tahu tempe. Tahu yang biasanya ber­har­ga Rp 70 ribu/baskom, saya naik­kan menjadi Rp 80 ribu/baskom. Sedangkan tempe saya jual ke pedagang dengan harga Rp 8 ribu/batang, sebelumnya hanya Rp 7 ribu/perbatang,” kata Uswati.

Namun sekarang, saat harga kedelai telah mencapai Rp 400 ribu/karung, perempuan asal Pur­wo­kerto, Jawa Tengah tersebut, mengaku tidak bisa lagi menaikkan har­ga produksi tahu tempe milik­nya. Menurutnya, jika harga kem­bali dinaikkan, para konsumen ta­hu tempe akan berkurang, karena ke­naikan harga produksi pab­rik­nya itu baru berlangsung se­ming­gu.

Uswati terpaksa menempuh jalan lain dengan mengurangi produksi tahu dan tempenya. Walaupun, sekarang dia ke­ban­ji­ran order dari pelanggan terpaksa dia tolak dengan alasan kelangkaan kedelai. Menurut penilaian Uswati sendiri, harga kedelai akan terus naik menjelang lebaran nanti. Jika hal ini terjadi, dia mengaku akan memberhentikan pembuatan tahu dan tempe untuk sementara wak­tu.

”Sekarang saja, saya tidak un­tung dan tidak rugi, hanya kembali modal saja. Jika terjadi kenaikan harga kedelai setelah ini, saya dan keluarga sepakat untuk meng­hentikan produksi tahu dan tempe sementara waktu, sampai harga kedelai kembali normal,” ujar Uswati.

Hal serupa disampaikan  Dar­madi Dt P Batuah, pemilik usaha tahu Urang Awak di Kelurahan Kapalokoto, Nagari Auakuniang, Payakumbuh Selatan. ”Saya ter­pak­sa mengurangi 50 persen pro­duk­si dari biasanya, gara-gara har­ga kedelai yang terus naik,” kata Darmadi ketika dihubungi, Jumat (27/7) lalu.

Tidak hanya mengurangi pro­duk­si, menurut Darmadui, pe­ru­sa­haan­nya juga harus merumahkan separo jumlah pekerjanya.  ”Sejak harga kedele naik dan sulit men­da­patkannya, Saya dengan berat hati harus merumahkan puluhan pekerja. Dari sebelumnya 60 orang, sekarang hanya tinggal 35 pekerja,” ungkapnya. Darmadi mengaku, butuh 7 ton kedele untuk kebutuhan 15 hari.



Share this Article on : Share

__________________________________________________________________________

0 komentar for "Pengusaha Tahu-Tempe Terancam"

Leave a reply